Thursday 9 September 2021

Ilmu Berfilsafat....(Part 2)

  Filsafat itu pandangan yang bisa dibantah
Kalau sudah dimengerti diturunkan ke hati dan diikhlaskan
(Qouotes Prof. Dr. Marsigit, M.A. 2021)

Terinspirasi pada perkuliahan Prof. Dr. Marsigit, M.A pada tanggal 2 September 2021 

Berdasarkan adab-adab dalam berfilsafat maka kita bisa memahami bahwa batas itu disebut sopan santun atau adab dan tentang tata cara dimana hal ini merupakan ilmu tertinggi yaitu filsafat. Tapi itu bisa dikalahkan dengan niatnya misalnya jika kita beda motif, sehingga adabnya menjadi hilang dan biasanya larinya ke politik.

Filsafat adalah ilmu yang netral, belajar filsafat harus komprehensif, tidak boleh sepenggal penggal, tidak memaksa orang, tidak untuk gagah-gagahan. Filsafat harus bisa dicerna dan dipahami oleh orang awam dengan bahasa paling mudah, jika belum mudah dipahami maka belum bisa berfilsafat.

Masyarakat keluarga itu di bangun, jika tidak ada ilmu maka harus ditransfer, dengan adanya itu maka kita membangun ilmu pengetahuan. Yang mencerdaskan adalah diri sendiri dan kuasa Tuhan. Kurikulum berlandaskan kompetensi dan outcome bukan berlandaskan materi. 


3. Filsafat adalah pola pikir

Anak kecil belajar melalui mitos, mereka melakukan pekerjaan tapi tidak mengerti untuk apa dan seterusnya, sehingga mitos ada baiknya dan buruknya. Tapi jangan sekali-kali mitos dibawa ke spiritualitas. Karena agama adalah keyakinan.

 

        Objek Metafisik Filsafat 

        Objek metafisik filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada, objeknya ada dua yaitu objek material     dan objek formal.

1.     Objek materiil yaitu yang berhubungan dengan substansi/isinya, yaitu suatu kajian untuk menelaah pengetahuan. Objek materiil adalah yang ada dan yang mungkin ada.

2.     Objek formal: bentuk, contohnya cangkir sebagai bentuk dan sebagai isi, air juga ada bentuk dan isi. 


        Metode/Alat Berfilsafat 

Metode atau alat berfilsafat adalah bahasa analog (kesamaan dua dunia yaitu dunia laki-laki dan dunia perempuan), metode atau alat berfilsafat ini terdiri dari dua yaitu intensif dan ekstensif. Intensif adalah dalam sedalam dalamnya (radik/akar) jika di politik jadi radikalisme yaitu mendalam, maka radikalisme sulit diberantas karena mendalam dan mengakar. Ekstensif adalah luas seluas luasnya. Misalnya analog pikiran dan hati, jika hati maka cenderung menuju doa dan itu disebut analog. Ini adalah bahasa konotatif. Jika dianalogikan maka berawal dari hati kemudian berdoa kepada tuhan dan akhirnya ke akhirat. Selain itu, Pikiran berhubungan dengan manusia manusia, hidup berhubungan dengan amal, perbuatan dipilih yang baik kesurga dan buruk ke neraka dunia. 

Semua yang didunia itu relatif. Ada ukuran mouse kecil tapi menurut orang itu besar maka relatif. Sulit itu mudah, banyak itu sedikit semua relative karena subjektif. Jika demikian maka orang itu belum bisa berfilsafat. Maka hidup di dunia adalah kontradiktif. Inilah sebabnaya manusia punya potensi untuk musuhan dan tidak akur karena relative dan kontradiksi. Hukumnya adalah A tidak sama dengan A. jika tidak dipahami maka bisa menjadi munafik. Untuk mengatasinya amaka mohon ampun pada Tuhan. Kontradiktif terjadi karena manusia tidak sempurna. Jika sempurna maka manusia gak akan bisa hidup karena yang absolut itu adalah kuasa Tuhan.

  


No comments:

Post a Comment

THE NATURE MATHEMATICAL THINKING

  THE NATURE MATHEMATICAL THINKING   Proses berpikir adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang ketika menerima suatu jawaban untuk menci...