Thursday 9 September 2021

FILSAFAT "METAFISIK"....(Part 1)


Terinspirasi Perkuliahan Filsafat di channel YouTube Prof. Marsigit, M.A. Tanggal 17 Oktober 2019

Hidup manusia itu metafisik. Masih ada dan ada lagi sehingga tidak akan pernah selesai. Manusia pada dasarnya tidak sempurna, karena jika sempurna maka manusia tidak akan bisa hidup, dengan kata lain “manusia sempurna dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna dalam kesempurnaan”. Artinya manusia pada dasarnya selalu membutuhkan orang lain untuk bisa hidup atau kita biasanya mengenalnya sebagai makhluk sosial.

Awal dari segala macam kegiatan manusia adalah “FATAL” dan “VITAL”

o   FATAL à terpilih à takdir

Apakah fatal itu? Fatal adalah terpilih dan terpilih adalah takdir. Takdir disini adalah sesuatu yang sudah terjadi sehingga sudah tidak bisa dirubah lagi.

o   VITAL à memilih à ikhtiar

Apakah vital itu? Vital adalah memilih yang merupakan bagian dari ikhtiar. Sehingga dengan ikhtiar, harapannya bisa merubah kehidupan manusia. Dari sinilah muncul metafisik. 

Metafisik adalah sifat dibalik sifat, sifat mendahului sifat, sifat mengikuti sifat, sifat mempunyai sifat. Dalam pandangan metafisik, sebenar-benarnya manusia adalah sifat mengikuti sifat. Beberapa sifat tersebut salah satunya adalah sifat “TETAP”, misalnya seperti suratan takdir/ sesuatu yang sudah terjadi dan yang bisa merubah takdir adalah kuasa Tuhan. Jika kita masih merasa bingung atau kacau tandanya kita masih hidup. Jika salah satu dari fatal dan vital hilang maka tidak ada kehidupan. Oleh karena itu perlu adanya suatu perubahan dalam kehidupan manusia. Dengan adanya sifat berubah ini maka kita sudah mulai masuk ilmu filsafat dengan menambahkan “ism” di belakangnya, misalnya ketika kita membahas tentang sesuatu yang ideal menjadi idealism (atas) dan realism (bawah). Masing-masing memiliki dunia nya (atas dan bawah). Misalnya Ketika kita membahas sepatu maka yang kita bahas dari dunia sepatu adalah tentang ukuran, warna, maupun model sepatu nya. Akan tidak sesuai ketika kita masuk ke toko sepatu tiba-tiba mengajak penjual sepatunya untuk makan bersama tanpa kita kenal sebelumnya. Dalam hal ini konteksnya tidak sesuai dengan keadaan. Inilah yang dimaksud dalam kecerdasan filsafat. Cerdas dalam filsafat adalah paham ruang dan waktu (membahas makan di toko sepatu itu salah karena tidak sesuai dengan konteksnya). Atas ada absolut, spiritualism, kuasa Tuhan/kausa prima yaitu sebab dari segala sebab yang akhirnya menjadi definisi ketetapan awal atau asumsi , sedangkan di bawah ada materialism.

Logika (logicism) berada di bagian atas. Logicism adalah coherntism analitik. Contohnya wanita itu perempuan, seorang ibu dan melahirkan maka disebut analitik. Sehingga logika itu sifatnya kohern analitik. Dalam berlogika juga membutuhkan kosistensi yaitu kecocokan antara yang dikatakan dengan yang disampaikan. Kebanyakan orang memiliki masalah dan akhirnya bisa menyebabkan masalah bagi orang lain karena manusia itu tidak menguasai dunianya. 

Hukum alam di bagian bawah ada corespondentialism (realita, fakta, persepsi) yaitu ketentuan umum yang kita pahami dengan aksioma, jika di atas adalah langit maka di bawah adalah bumi. Jika di atas ada dewa maka di bawah ada daksa nya. Di atas ada aturan/hukum (kuasa Tuhan) dan di bawah ada manusia yang mentaati hukum Tuhan. Konsisten adalah sesuatu yang kita pegang bukan hanya yang kita pikirkan.

Manusia memiliki dua sifat dalam melihat sesuatu yaitu sifat apriori dan sifat aposteriori. Sifat apriori adalah merasa sudah paham walaupun belum melihat. Seseorang tidak perlu melihat bukti tapi jika sudah cinta ya pokoknya cinta walaupun terbukti orang yang dicintai memiliki sifat kurang baik. Contohnya kita akan memperkenalkan seseorang ke orang tua, orang tua langsung percaya walaupun belum bertemu dengan orangnya maka orang tua tersebut memiliki aliran apriori. Sedangkan Aposteriori adalah orang yang harus melihat segala sesuatu dengan membuktikan sendiri dan membuktikan secara detail. Oleh karena itu dewasa berasal dari kata dewa yang memiliki sifat apriori sedangkan anak-anak memiliki sifat aposteriori.

Pengetahuan kita berdasarkan pengalaman dari fenomena satu ke fenomena selanjutnya (empiricism) dan yang di atas adalah rasionalism. Karena berdasarkan pengalaman maka munculah aliran empiricism, sedangkan orang yang menggunakan logika maka muncul aliran rasioanlism. Kadang-kadang kekurangan kita adalah belajar filsafat tanpa mengenal tokohnya......(continue part 2)

No comments:

Post a Comment

THE NATURE MATHEMATICAL THINKING

  THE NATURE MATHEMATICAL THINKING   Proses berpikir adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang ketika menerima suatu jawaban untuk menci...